SELAMAT..!
ANDA JATUH LAGI..!
B.O.D.O.H..!
Rabu, 30 Juni 2010
Saya memang bukan siapa-siapa
kemarin..saya mengharapnya ada,,kemudian ia ada dan akhirnya cuma saya yg berharap..
semalam..saya mengharapnya hilang,,kemudian tak tahu dan akhirnya menuliskan sesuatu..
'dont cry'..
saya memang bukan siapa2,,
saya juga tidak berharap menjadi siapa2..
dan karenanya...
berhentilah melihatku..!
saya mulai benci dan muak..
terlebih karena dia sama skali tidak salah..
hanya karena bodoh dan naif ku yg harus menghakiminya..
saya memang bukan siapa2,,
saya sangat kecil untuk menjadi siapa2,,
dan karenya...
biarkan saja aku..!
saya sangat benci..benci dengan semua caranya
saya memang bukan siapa2..
saya tidak akan menjadi siapa2 kn..?
dan karenanya..
tolong, jangan buat aku berharap dan akhirnya menunggunya menulis lagi..
semalam..saya mengharapnya hilang,,kemudian tak tahu dan akhirnya menuliskan sesuatu..
'dont cry'..
saya memang bukan siapa2,,
saya juga tidak berharap menjadi siapa2..
dan karenanya...
berhentilah melihatku..!
saya mulai benci dan muak..
terlebih karena dia sama skali tidak salah..
hanya karena bodoh dan naif ku yg harus menghakiminya..
saya memang bukan siapa2,,
saya sangat kecil untuk menjadi siapa2,,
dan karenya...
biarkan saja aku..!
saya sangat benci..benci dengan semua caranya
saya memang bukan siapa2..
saya tidak akan menjadi siapa2 kn..?
dan karenanya..
tolong, jangan buat aku berharap dan akhirnya menunggunya menulis lagi..
Senin, 28 Juni 2010
Dia ada, tapi..
masalah ini..
saya sama skali tdak mengerti..
sakitt skali rasax..
dia ada tapi mengacuhkanku.
kenapa 'bodoh' ini begitu menyakitkan..
sejak kapan 'kacau' ini begitu menyiksa.
saya cuma terbawa,, terus..
dan akhirnya..
sudahlah..

'masalah ada bukan untuk membuat kita kecewa,
tapi untuk membuat kita menjadi dewasa,,dihadapan Tuhan dan orang lain..'
saya memang masih terlalu kecil..
dan saya masih pantas untuk menangis kan..?
saya sama skali tdak mengerti..
sakitt skali rasax..
dia ada tapi mengacuhkanku.
kenapa 'bodoh' ini begitu menyakitkan..
sejak kapan 'kacau' ini begitu menyiksa.
saya cuma terbawa,, terus..
dan akhirnya..
sudahlah..

'masalah ada bukan untuk membuat kita kecewa,
tapi untuk membuat kita menjadi dewasa,,dihadapan Tuhan dan orang lain..'
saya memang masih terlalu kecil..
dan saya masih pantas untuk menangis kan..?
Minggu, 27 Juni 2010
Ini Hari Libur..jdi,,seharusnya dia...mestinya..?

iaa..ini hari liburr,
seharusnya dia ada kan..? sdah lewat 5 menit..
saya gelisah..
apkh berakhir smpai sini..?
dn yg kmrin, itu trakhir..?
ini hari libur..
saya takut dia tak ada..sudah lewat 15 menit..
berfikir...dia jahat..
atau sya yang naif dengan mengharapnya,,
tapi,saya tak bisa berbohong.
saya menyimpan rindu untuknya..
ini hari libur..
saya sdah pasrah dia tak kan ada..sudah lewat 30 menit..
dan begitupun untuk selanjutnya..
saya mungkin bisa melewatinya,jika memang seperti itu..
tapi butuh waktu.
dan saya takut menghadapi waktu itu..
Sabtu, 26 Juni 2010
Still Waiting
i'm stupid,,
yeah..so stupid..
50 minute before the usually time..
30 minute..
10 minute..
already panic..
but now, i'm happy for do it.
for wait him..
yeah..so stupid..
50 minute before the usually time..
30 minute..
10 minute..
already panic..
but now, i'm happy for do it.
for wait him..

i know now,,,
saya mendapatkannnya..
yang selama ini membuat saya gelisah..
dia..
saya mendapatkan kata yang tepat untuknya..
'kagum dalam hati'...
iya...
saya mengaguminya..
saya tenang sekarang..
yang selama ini membuat saya gelisah..
dia..
saya mendapatkan kata yang tepat untuknya..
'kagum dalam hati'...
iya...
saya mengaguminya..
saya tenang sekarang..
Jumat, 25 Juni 2010
point of my life

Merekalah alasan saya hidup sampai sekarang..
my lovely family..
saya sangattt mencintai mereka,,saya bisa jamin..apapun akan saya berikan untuk mereka,,
karena merekalah hidup saya..
saya tidak pernah sekalipun menyesal menjadi bagian dari keluarga ini..
saya sangat bangga dengan keluarga saya..
walaupun mungkin,mereka tidak..
karena merekalah hidup saya..
ibu..

'cintamu bunda,pelitaku, penerang jiwaku dalam setiap waktu..ku tahu kau beharap dalam doamu,,
kutahu kau berjaga dalam langkahku,ku tahu slalu cinta dalam senyummu,,'
yap..berkat perjuangan antara hidup dan matinya..
saya berhasil nongol ke dunia yang ribett ini..
bio :
ttl: takalala, 16 juni 1964 (tpi ndg pnah ngaku,ktax 1966)
tb: 150an lah..
bb:51-52,,hhahah
hobi: noko...
sukanya:cuci mata berjam2
ndg sukanya:liat rumah kotor
yuhuu..ibundaqu tersayang suka bgt noko' (baca:ngomel), hhahah,,buat saya sma adik saya haram tuh hukumnya ndg dngar noko'annya ibu sehari ajaa,,hhee....tpi,,walaupun noko'annya ndg ketulungan,ibu saya adalah ibu paling pengertian seduniaaa..sayang sama anaknya,emang sih,mana ada ibu ndag sayang sama anaknya..tapi,ibu saya benar2 pengertian dah sma anaknyaa...walaupun sedikit pelit.biasalah ibu2 gtu....hufftt..saya berkali2 mengecawakan dia,,membuat dia malu punya anak seperti saya,(okelah,saya memang anak yg tak thu dri,hkkss)..saya sedikit bergetar menulis ini,,,tapi,setelah berbagai kekurangajaran saya terhadapnya,,sayangnya tidak berubah sedikitpun,,dia masih saja melindungi saya,,,saya tahu saya anak yang sangat beruntung punya ibu seperti dirinya..
ibu saya.
orang pertama dalam hidup saya yang ingin saya bahagiakan..
ayah

heemm,,
'kau peluk dan kau manja,indahnya saat itu,,buatku melambung disisimu,terngiang hangat nafas serta tubuhmu,kau tuturkan segala mimpi2 serta harapanmu..kau ingin kumenjadi,yang terbaik bagimu,,patuhi perintahmu,,jauhkan godaan,yang mungkin kulakukan dalam waktuku beranjak dewasa,jngn smpai membuatku,,terbelunggu,jatuh dn terinjak..'
cowok paling saya sayangi seduniaaaa..hheee..
bio:
ttl:kolasa,17 agustus 1964(tpi d ktu keluarga 31 desmber 1964)
tb:165
bb:60
sukanya:main game,tennis,teh,pa'gombal (wkwk)
ndag sukanya:kalo anaknya pcar2an(behhhh..)
hu,,yuppi..ayah klo dh main game 'zuma' bsa smpe ndg tdur..klo main tennis,,smpe mo maghrib..satu lgi..liatin cwek cantik,,ini nih yg bkin ibu noko'x smpe diubun2..hhahahah...ayah itu orangya arogan bgt,,tapi dalam suasana tertentuu..behh ayah tuu jayusss bgttt..sumpahh...walopun gtu,,tpi ayah saya adalah ayah yang paling nggak mau bkin anaknya kecewa,,selama ia mampu,,dia pasti nurutin mau saya dan adik saya yang bejibun..
ayah saya.
he always protected us.
kiki
wadoh,,saya ndg tau lgu ttg adek gtuu..hhumm,
kiki musuh bebuyutan saya dan sahabat terbaik sya ...

tb:157 brpa gtuu
bb:43 ndg jelas
sukanya:klo bdannya harum
ndg sukanya: dinoko'i ibu
yapp..klo ada orang di dunia ini yang paling bikin sya minder..kiki jawabannya..dya yg beda 20 bulan dari saya mempunyai semua yang saya inginkan,,saya sangat-sangat cemburu dengannya..tapi,tidak membencinya lho..dia mungkin orang pertama yang akan membela saya saat saya melakukan kesalahan,,saya punya banyak hutang budi sama dia,,suatu saat pasti saya lunasi,,hho..
adik saya.
the most perfect girl i ever seen..
karena mereka adalah hidup saya
.. I LOVE U bu,yah,dek...
Kamis, 24 Juni 2010
sampai menutup mata..
kali ini, judulnya 'sampai menutupmata'..
saya bahagia..!
dengan alasan yang tak masuk akal.
hanya krena 'hve a nice dream' darinya
lag-lagi, ini semua tidak bisa diterima oleh alam sadarku..
tp,dia berhasil membuatku menikmatinya.

'..aku tak mudah untuk mencintai.. aku tak mudah mengaku kucinta.. aku tak mudah mengatakan aku jatuh cinta..
Itu bukan saya kan..?
memang benar,,samapi sekarang saya hanya bisa penasaran
atas degdegan' yang terjadi
tapi,saya akui
saya bahagia..!
saya bahagia..!
dengan alasan yang tak masuk akal.
hanya krena 'hve a nice dream' darinya
lag-lagi, ini semua tidak bisa diterima oleh alam sadarku..
tp,dia berhasil membuatku menikmatinya.

'..aku tak mudah untuk mencintai.. aku tak mudah mengaku kucinta.. aku tak mudah mengatakan aku jatuh cinta..
Itu bukan saya kan..?
memang benar,,samapi sekarang saya hanya bisa penasaran
atas degdegan' yang terjadi
tapi,saya akui
saya bahagia..!
Rabu, 23 Juni 2010
simplyFeel
Baru bangun dan ingin menulis
klo dihitunghitung,,tdi malam adalah hari kesembilan saya memimpikannya..
padahal saya hanya tidur sekitar 3 jam, dn masih sempat memimpikannya?
'aku pikir semua memang akan ada batasx....
humm,,hanya terus ingin menyapanya..
entaha kenapa..

'dont be afraid'..tanpa tahu 'you' ku adalah dya..
saya memang tidak mengetahui ini apa..
tapi ini mungkin hanya ..
'perasaan yang sederhana,tapi terkadang,yang sederhana yang sulit untuk diterima kan.?'
klo dihitunghitung,,tdi malam adalah hari kesembilan saya memimpikannya..
padahal saya hanya tidur sekitar 3 jam, dn masih sempat memimpikannya?
'aku pikir semua memang akan ada batasx....
waktu yang aku kagumi pun mempunyai akhirnya..
tapi, hati ini..
sepertinya tak ingin mengakui fananya untuk sekedar menyapamu..'
humm,,hanya terus ingin menyapanya..entaha kenapa..

'I feel somethng distinct tonight..i dont know,how or why..but i'm afraid cant say 'hello' to you anymore..'
Dan dya bilang'dont be afraid'..tanpa tahu 'you' ku adalah dya..
saya memang tidak mengetahui ini apa..
tapi ini mungkin hanya ..
'perasaan yang sederhana,tapi terkadang,yang sederhana yang sulit untuk diterima kan.?'
Cinta Lelaki Biasa
Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.
Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.
Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.
Kamu pasti bercanda!
Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.
Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!
Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.
Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!
Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.
Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?
Nania terkesima.
Kenapa?
Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.
Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!
Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!
Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata ‘kenapa’ yang barusan Nania lontarkan.
Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.
Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.
Tapi kenapa?
Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.
Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.
Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!
Cukup!
Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak ‘luar biasa’. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.
Mereka akhirnya menikah.
***
Setahun pernikahan.
Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.
Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.
Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.
Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.
Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.
Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!
Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.
Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.
Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?
Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.
Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.
Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.
Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!
Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.
Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.
Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.
Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..
Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.
Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!
Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.
Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!
Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!
Tak imbang!
Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.
***
Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.
Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!
Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.
Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.
Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.
Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.
Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.
Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.
Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.
Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.
Dokter?
Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.
Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?
Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.
Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.
Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.
Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.
Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.
Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.
Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.
***
Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.
Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.
Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.
Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..
Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.
Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.
Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,
Nania, bangun, Cinta? Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.
Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.
Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.
Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.
Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.
Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.
Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.
Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.
Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!
Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.
Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!
Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.
Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?
Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.
Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.
Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.
Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..
- Asma Nadia -
Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.
Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.
Kamu pasti bercanda!
Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.
Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!
Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.
Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!
Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.
Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?
Nania terkesima.
Kenapa?
Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.
Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!
Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!
Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata ‘kenapa’ yang barusan Nania lontarkan.
Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.
Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.
Tapi kenapa?
Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.
Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.
Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!
Cukup!
Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak ‘luar biasa’. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.
Mereka akhirnya menikah.
***
Setahun pernikahan.
Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.
Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.
Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.
Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.
Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.
Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!
Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.
Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.
Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?
Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.
Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.
Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.
Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!
Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.
Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.
Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.
Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..
Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.
Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!
Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.
Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!
Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!
Tak imbang!
Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.
***
Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.
Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!
Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.
Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.
Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.
Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.
Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.
Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.
Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.
Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.
Dokter?
Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.
Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?
Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.
Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.
Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.
Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.
Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.
Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.
Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.
***
Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.
Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.
Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.
Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..
Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.
Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.
Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,
Nania, bangun, Cinta? Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.
Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.
Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.
Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.
Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.
Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.
Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.
Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.
Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!
Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.
Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!
Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.
Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?
Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.
Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.
Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.
Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..
- Asma Nadia -
Insomniaku.
..lagi-lagi..
saya hanya ingin menulis.
sekarang,sekitar jam setengah dua..
namun,mata ini tak dapat terpaut dalam larut.
sebenarnya ini bukan karena saya menderita penyakit insomnia.
ini hanya karena kebiasaan saja..
dunia tampak lebih nyaman ketika pagi buta.
sepertinya..
insomnia kali ini,,
akhirnya harus menyertakannya..
kemarin saya menunggunya dan kecewa.
dan malam ini,,
saya kembali bodoh.
dengan kembali menunggunya.
'assalamualaikum'.
cukup dgn itu..
sudah membuat saya tidak mengenal diri saya sendiri..
saya merasa benar2 bodoh..
insomnia kali ini
akhirnya harus benar2 menyertakannya.
apa dya salah satu alasan knpa saya menjadi suka ber'insomnia' akhir2 ini..
saya benci mengakuinya.
dia berhasil membuat saya dengan tenang menunggu 'insomnia' ku dan akhirnya menikmatinya
atau akhirnya membencinya
apa yng brusan terlintas?
'dia adalah insomniaku'.
lelucon apa ini..
saya bisa pastikn..
ini hnya..
'insomniaku yang menyertakannya untuk sementara'
saya hanya ingin menulis.
sekarang,sekitar jam setengah dua..
namun,mata ini tak dapat terpaut dalam larut.
sebenarnya ini bukan karena saya menderita penyakit insomnia.
ini hanya karena kebiasaan saja..
dunia tampak lebih nyaman ketika pagi buta.
sepertinya..
insomnia kali ini,,
akhirnya harus menyertakannya..
kemarin saya menunggunya dan kecewa.
dan malam ini,,
saya kembali bodoh.
dengan kembali menunggunya.
'assalamualaikum'.
cukup dgn itu..
sudah membuat saya tidak mengenal diri saya sendiri..
saya merasa benar2 bodoh..
insomnia kali ini
akhirnya harus benar2 menyertakannya.
apa dya salah satu alasan knpa saya menjadi suka ber'insomnia' akhir2 ini..
saya benci mengakuinya.
dia berhasil membuat saya dengan tenang menunggu 'insomnia' ku dan akhirnya menikmatinya
atau akhirnya membencinya
apa yng brusan terlintas?
'dia adalah insomniaku'.
lelucon apa ini..
saya bisa pastikn..
ini hnya..
'insomniaku yang menyertakannya untuk sementara'
Selalu Bersama Kita

Jika kamu merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sia-sia, Allah tahu betapa kerasnya engkau berusaha.
Ketika kau berfikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apalagi, Allah sudah punya jawabannya.
Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan merasa kamu tertekan, Allah dapat menenangkanmu.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih, Allah sudah menghitung air matamu.
Ketika kau fikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berjalan begitu saja, Allah sedang menunggu bersamamu.
Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelpon, Allah selalu berada disampingmu.

Ketika kau mendambakan sebuah cinta sejati yang tak kunjung datang, Allah mempunyai Cinta dan Kasih yang besar dari segalanya dan Dia telah menciptakan seseorang yang akan menjadi pasangan hidupmu kelak.
Ketika kau merasa bahwa kau mencintai seseorang namun kau tahu cintamu tak terbalas, Allah tahu apa yang ada didepanmu dan ditelah mempersiapkan segala yang terbaik untukmu.
Ketika kau merasa telah dihianati dan dikecewakan, Allah dapat menyembuhkan lukamu dan membuatmu tersenyum.
Jika tiba-tiba kau mendapat dan melihat jejak-jejak harapan, Allah sedang berbisik kepadamu.
Ketika semua berjalan lancar dan kau ingin mengucapkan syukur, Allah telah memberkatimu.
Ketika segala sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban, Allah telah tersenyum kepadamu.Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk yang digenapi, Allah sudah membuka matamu dan memanggil namamu.

A.S.I.K.E.E..

inilah..
hal yang membuat saya selalu ceria menjalani kisah saya di sekolah 6 bulan ini...
berbagai macam bentuk manusia dengan anehnya masing2 dlam suatu ruangan yanh mencptkan'memorize' yang selalu saya rindukan....
foto di atas saat kelas kami mengikuti 'enghlis olimpic game'..
yah meskipun klah dengan kelas musuh bebuyutan kami.......
tapi,,WE'RE FUN..
because WE'RE TOGETHER..

ini foto buat kalender sekolah...


dan ini,,saat2 terakhir kami..
setelah semesterann..
saat ini,,kami menyadari,,kami mungkin akan berpisah,,
tapi,,
kami tetap.. ASIKEE...
this feeling, what's called..?

akhir-akhir ini saya sangat kacau..
hhuffttt
...
...
...
...
..
dan semuanya karena DIA..!
saya selalu bertanya,,
apa yang terjadi..?
apa yang salah..?
ada apa dengan saya..?
.........................................................dia telah membuat semua hal..!.................................................
Selasa, 22 Juni 2010
Maybe.it just me
yap..maybe it just me...
ini pertama kalinya saya menulis blog..
smpai saat ini,,saya masih ndag tw hrus mlakukan apa selanjutnya untuk blog ini..
saya hanya ingin menulis..
menulis,,,
dari dulu, seorang 'saya' ini tidak pernah menggapai beraninya untuk sekedar menulis..
maybe it just me..
just a little girl..
saat ini sedang pagi yang masih sangat buta..
this is so strange halfnight..
when I go to bed
when I lay my head upon my pillow...
n dont know what to do.
then again, i think of him..
..this feeling, what's called?..
sudah seminggu ini,,,ada pengganggu yang terus merancukan saya..
saya tdak tau bgimana harus menghadapinya..krna saya tidak pernah menemukan hal seperti ini sebelumnya dalam hidup saya yang sederhana ini..
dya trus2 membuat saya.
berkhayal..
bertanya..
hal yang paling enggan saya lakukan..
dya membuat saya seperti menjadi sesuatu.
saya tidak menyukainya namun akhirnya saya menikmatinya..
dya membuat semua ini harus saya terima tanpa harus masuk dalam akal saya..
dya membuat semuanya..
maybe,it just me..
just seed that wants to make its own riddlle..
ini pertama kalinya saya menulis blog..
smpai saat ini,,saya masih ndag tw hrus mlakukan apa selanjutnya untuk blog ini..
saya hanya ingin menulis..
menulis,,,
dari dulu, seorang 'saya' ini tidak pernah menggapai beraninya untuk sekedar menulis..
maybe it just me..
just a little girl..
saat ini sedang pagi yang masih sangat buta..

when I go to bed
when I lay my head upon my pillow...
n dont know what to do.
then again, i think of him..
..this feeling, what's called?..
sudah seminggu ini,,,ada pengganggu yang terus merancukan saya..
saya tdak tau bgimana harus menghadapinya..krna saya tidak pernah menemukan hal seperti ini sebelumnya dalam hidup saya yang sederhana ini..
dya trus2 membuat saya.
berkhayal..
bertanya..
hal yang paling enggan saya lakukan..
dya membuat saya seperti menjadi sesuatu.
saya tidak menyukainya namun akhirnya saya menikmatinya..
dya membuat semua ini harus saya terima tanpa harus masuk dalam akal saya..
dya membuat semuanya..
maybe,it just me..
just seed that wants to make its own riddlle..
Langganan:
Postingan (Atom)